Ada beberapa
pendapat atas asal usul penamaan kota Bogor.Pendapat pertama mengatakan bahwa
nama Bogor itu berasal darisalah ucap orang Sunda untuk Buitenzorg. Buitenzorg
adalah nama resmi Bogor pada masapenjajahan Belanda. Pendapat kedua, nama Bogor
berasal dari kata baghar atau baaqar yang
berarti sapi. Alasannya,
karena didalam Kebun Raya
ada sebuah patung sapi.Pendapat ketiga menyatakan, nama Bogor itu dari kata Bokor yaitu sejenis bakul logam tanpa alasan yang jelas. Pendapat keempat, nama bogor itu asli karena nama bogor berarti tunggul kawung, enau atau aren. Pendapat ini ditemukan dalam pantun yang berjudul "Ngadegna Dayeuh Pajajaran" yang dituturkan Pak
Cilong.Pada masa ibukota kerajaan
Pajajaran dibumihanguskan pasukan Banten, pada tahun 1579, disebutkan bahwa seluruh ibukota kerajaan dihancurkan dan penduduknya dibunuh atau diusir.Pada
saat kekuasaan Mataram atas Priangan
lepas ke tangan VOC di tahun
1705, serta kemerdekaan Banten
berakhir pada tahun 1695 dan
berada dibawah kontrol VOC,wilayah bekas ibukota Pajajaran termasuk dalam
pengawasan kekuasaan VOC. Bertolak dari uraian terdahulu dapatlah dikatakan
bahwa kedudukan Bogoritu pada awalnya termasuk dalam lingkup Kerajaan Pajajaran, bahkan
di tempat itulah letaknya ibukota kerajaan.
Setelah sekian lama hilang dari percaturan historis yang berarti kurang lebih
selama satu abad sejak 1579, kota yang pernah berpenghuni 50.000 jiwa itu menggeliat
kembali menunjukkan ciri-ciri kehidupan. Reruntuhan kehidupannya mulai tumbuh
kembaliberkat ekspedisi yang berturut-turut dilakukan oleh Scipio pada tahun
1687, Adolf Winkler tahun1690 dan Abraham van Riebeecktahun 1704, 1704 dan
1709.Dalam memanfaatkan wilayah yang dikuasainya, VOC perlu mengenal suatu
wilayah tersebut terlebih dahulu. Untuk meneliti wilayah tersebut, dilakukan
ekspedisi pada tahun 1687 yang dipimpin Sersan Scipio dibantu oleh Letnan
Patinggidan Letnan Tanujiwa, seorang Sunda tanah Sumedang.Dari ekspedisi
tersebut serta ekspedisi lainnya, tidak ditemukannya pemukiman di bekas ibukota
kerajaan, kecuali dibeberapa tempat, seperti Cikeas,Citeureup, Kedung Halang
dan Parung Angsana. Pada tahun 1687 juga, Tanujiwa yang mendapat perintah dari
Camphuijs untuk membuka hutan Pajajaran,akhirnya berhasil mendirikan sebuah perkampungan
di Parung Angsanayang kemudian diberi nama Kampung Baru. Tempat inilah yang selanjutnya
menjadi cikal bakal tempat kelahiran Kabupaten Bogor yang didirikan kemudian.
Kampung-kampung lain yang didirikan oleh Tanujiwa bersama anggota pasukannya
adalah: ParakanPanjang, Parung Kujang,Panaragan, Bantar Jati, Sempur,Baranang
Siang, Parung Bantengdan Cimahpar. Dengan adanya Kampung Baru menjadi semacam Pusat
Pemerintahan bagi kampung-kampung lainnya.Dokumen tanggal 7 November 1701 menyebut
Tanujiwa sebagai Kepala Kampung Baru dan kampung-kampung lain yang terletak disebelah
hulu Ciliwung. Dengan demikian, Tanujiwa telah ditunjuk sebagai pemimpin kaum
koloni didaerah itu. Atas dasar itulah, DeHaan memulai daftar bupati-bupati Kampung
Baru atau Buitenzorg dari tokoh Tanujiwa (1689-1705),walaupun secara resmi penggabungan
distrik-distrik baru terjadi pada tahun 1745.Pada tahun 1745 sembilan buah kampung
digabungkan menjadi satu pemerintahan dibawah Kepala Kampung Baru yang diberi
gelar Demang. Gabungan kesembilan kampung inilah yang disebut Regentschap
Kampung Baru yang kemudian menjadi Regentschap Buitenzorg. Pada tahun 1740,sewaktu
masa pemerintahan Gubernur Jenderal Baron vanImhoff, dibangunlah tempat peristirahatan,
pada lokasi Istana Bogor sekarang yang diberi nama Buitenzorg. Dari waktu ke
waktu,villa tersebut terus berkembang dengan pesat baik dari sisi fisikmaupun
fungsinya.Pada tahun 1754, Bupati Kampung Baru, Demang Wiranatamengajukan
permohonan kepada Guubernur Jenderal Jacob Mosselagar diijinkan mendirikan
rumah tempat tinggal di Sukahati, terletakdi Timur Cisadane dekat Cipakancilan
yang lokasinya dekat empang besar. Nama Empang selanjutnya berangsur-angsur mendesak
nama Sukahati, yang akhirnya pada tahun 1815 secara resmi nama daerahnya adalah
Empang. Dengan dibukanya jalur hubungan kereta api Batavia-Buitenzorg pada
tahun 1873, sangat mempengaruhi mobilitas sosial dan perekonomian kota Bogor.
Kamis, 23 Januari 2014
SEJARAH KOTA BOGOR
Diposting oleh
Unknown
di
20.31
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Langganan:
Postingan (Atom)