OSEANIA (PASIFIC
ISLANDS)
Oseania
merupakan suatu wilayah yang luas di Samudra Pasifik. Namun, Oseania hanya
memiliki wilayah daratan seluas kurang lebih 571.350 km yang meliputi banyak
pulau yang membentuk wilayah Oseania. Pulau-pulau itu merupakan Tempat Tinggal
penduduk yang berjumlah sedikit diatas
5.000.000 jiwa--kurang dari setengah jumlah penduduk kota besar seperti Tokyo.
Jarak
jauh yang memisahkan suatu pulau dengan pulau lainnya di Oseania dan jarak yang
luar biasa jauhnya yang memisahkan Oseania dengan pusat perkembangan industri
di Eropa Barat dan Amerika Utara telah menyebabkan Oseania tertutup dari arus utama
sejarah sampai masa yang belum lama berselang. Hingga Perang Dunia II baru
sedikit sekali orang Oseania yang pernah bersua dengan para pemimpin usaha,
misionaris, dan para pemukim baru dari dunia luar.
Ketika
orang Eropa untuk pertama kali mengunjungi pulau-pulau Pasifik itu pada abad
ke-16, ke-17, dan ke-17, mereka kembali pulang ke negerinya dengan gambaran
mengenai wilayah itu sebagai suatu tempat yang mirip seperti Taman Firdaus. Pulau
seperti Tahiti tampak oleh orang Eropa bagaikan surga yang indah, suci, dan
tenteram. Pohon tropis yang luar biasa dan bunga yang merangsang merayap
menuruni perairan yang biru di Samudra Pasifik memberikan suatu latar belakang
yang istimewa bagi penduduk yang tampan, bersih, dan biasanya ramah. Meskipun panas,
iklim negeri itu nyaman. Karena buah kelapa, pohon sukun, dan buah-buahan
lainnya dapat begitu saja dipetik dari pohon, sedangkan ikan dengan mudah dapat
dijala dari laut, maka tidak diperlukan kerja keras bagi penduduk untuk melangsungkan
hidupnya. Bagi para pendatang dari Eropa tampak bahwa di sana hanya ada sedikit
yang harus dikerjakan karena kehidupan tampak menyenangkan dari hari ke hari
dan diisi dengan menari, berselancar, berenang, makan, dan tidur kapan saja
orang menginginkannya. Kekurangan daerah itu adalah adanya badai ganas, gempa
bumi, dan perang antarsuku yang sukar untuk segera diketahui. Hal inilah yang
menyebabkan para pelaut Eropa yang baru selesai dari pelayaran yang
berbulan-bulan lamanya diatas kapal yang kotor, sempit, dan penuh dengan bahaya
pasti berharap menemukan pulau yang menawan. Kehidupan dipulau itu bahkan cukup
memesona bagi orang Eropa yang tinggal dinegerinya. Riwayat tentang perjalanan
ini membeberkan tentang sudut bumi terakhir yang tak pernah terusik. Para cendekiawan
seperti Jean Jacques Rousseau memandang dunia yang tak terjamah ini sebagai
anugerah atas keaslian alam yang agung. Keaslian alam dengan gaya hidupnya yang
gampang tampak berlawanan dengan kesibukan kehidupan di benua Eropa yang ramai
dan penuh sesak.
Keterasingan
bangsa Oseania dimulai sejak nenek moyang mereka datang ke wilayah itu. Kedatangan
para penjelajah, kaum misionaris, ilmuwan, pedagang, dan para pemukim antara
abad ke-16 dan ke-19 membuka keadaan yang terasing itu. Pada akhir abad ke-19
hampir setiap pulau atau kepulauan telah dicaplok oleh negara-negara kuat di
dunia. Sebenarnya, keterasingan Oseania secara nyata belum berakhir sebelum
Perang Dunia II.
Berikut Gambar Pulau Oseania..
0 komentar:
Posting Komentar