Pages

Jumat, 14 Maret 2014

Sejarah Negara Oseania (Pasific Islands)

OSEANIA (PASIFIC ISLANDS)

Oseania merupakan suatu wilayah yang luas di Samudra Pasifik. Namun, Oseania hanya memiliki wilayah daratan seluas kurang lebih 571.350 km yang meliputi banyak pulau yang membentuk wilayah Oseania. Pulau-pulau itu merupakan Tempat Tinggal penduduk yang berjumlah sedikit diatas 5.000.000 jiwa--kurang dari setengah jumlah penduduk kota besar seperti Tokyo.
Jarak jauh yang memisahkan suatu pulau dengan pulau lainnya di Oseania dan jarak yang luar biasa jauhnya yang memisahkan Oseania dengan pusat perkembangan industri di Eropa Barat dan Amerika Utara telah menyebabkan Oseania tertutup dari arus utama sejarah sampai masa yang belum lama berselang. Hingga Perang Dunia II baru sedikit sekali orang Oseania yang pernah bersua dengan para pemimpin usaha, misionaris, dan para pemukim baru dari dunia luar.
Ketika orang Eropa untuk pertama kali mengunjungi pulau-pulau Pasifik itu pada abad ke-16, ke-17, dan ke-17, mereka kembali pulang ke negerinya dengan gambaran mengenai wilayah itu sebagai suatu tempat yang mirip seperti Taman Firdaus. Pulau seperti Tahiti tampak oleh orang Eropa bagaikan surga yang indah, suci, dan tenteram. Pohon tropis yang luar biasa dan bunga yang merangsang merayap menuruni perairan yang biru di Samudra Pasifik memberikan suatu latar belakang yang istimewa bagi penduduk yang tampan, bersih, dan biasanya ramah. Meskipun panas, iklim negeri itu nyaman. Karena buah kelapa, pohon sukun, dan buah-buahan lainnya dapat begitu saja dipetik dari pohon, sedangkan ikan dengan mudah dapat dijala dari laut, maka tidak diperlukan kerja keras bagi penduduk untuk melangsungkan hidupnya. Bagi para pendatang dari Eropa tampak bahwa di sana hanya ada sedikit yang harus dikerjakan karena kehidupan tampak menyenangkan dari hari ke hari dan diisi dengan menari, berselancar, berenang, makan, dan tidur kapan saja orang menginginkannya. Kekurangan daerah itu adalah adanya badai ganas, gempa bumi, dan perang antarsuku yang sukar untuk segera diketahui. Hal inilah yang menyebabkan para pelaut Eropa yang baru selesai dari pelayaran yang berbulan-bulan lamanya diatas kapal yang kotor, sempit, dan penuh dengan bahaya pasti berharap menemukan pulau yang menawan. Kehidupan dipulau itu bahkan cukup memesona bagi orang Eropa yang tinggal dinegerinya. Riwayat tentang perjalanan ini membeberkan tentang sudut bumi terakhir yang tak pernah terusik. Para cendekiawan seperti Jean Jacques Rousseau memandang dunia yang tak terjamah ini sebagai anugerah atas keaslian alam yang agung. Keaslian alam dengan gaya hidupnya yang gampang tampak berlawanan dengan kesibukan kehidupan di benua Eropa yang ramai dan penuh sesak.
Keterasingan bangsa Oseania dimulai sejak nenek moyang mereka datang ke wilayah itu. Kedatangan para penjelajah, kaum misionaris, ilmuwan, pedagang, dan para pemukim antara abad ke-16 dan ke-19 membuka keadaan yang terasing itu. Pada akhir abad ke-19 hampir setiap pulau atau kepulauan telah dicaplok oleh negara-negara kuat di dunia. Sebenarnya, keterasingan Oseania secara nyata belum berakhir sebelum Perang Dunia II.
Berikut Gambar Pulau Oseania..
fiji.jpg

0 komentar:

Posting Komentar