TAMAN GANTUNG BABILONIA
Seperti apa taman bergantung Babylonia? Seseorang pernah melukiskannya lewat sebuah puisi : ”Seseorang bisa minum sari buah di taman ini, hanya dengan membaui aroma pohonnya saja.”
Ketika angin berhembus, daun-daun palem berguguran dibawa angin
mengambang ke kolam-kolam lili air, dan ke kota Babylon di bawahnya.
Seluruh wilayah kota terbesar pertama di masa kuno ini (penduduknya
diperkirakan 200.000 jiwa) terlihat sangat jelas dari puncak taman.
Meski berada di dataran tinggi, namun seluruh tanaman disirami air
setiap hari. Sistem pengairan taman ini sangat menakjubkan (Baca :
Rahasia Air yang Memanjat Di Taman Gantung Babylonia). Tak salah kiranya
jika Philon, filsuf Yunani yang gemar berkelana mencatatnya sebagai satu dari tujuh keajaiban kuno dunia. Taman ini sangat memikat hati.
Sejarah Pembuatan Taman Gantung
Babylon yang merupakan ibukota dari Babylonia, imperium kuno Mesopotamia, yaitu sebuah kota yang terletak di dekat sungai Euphrates, yang sekarang dikenal sebagaiIrak selatan.
Berdasarkan sejarah, dinasti pertama dari Babylon didirikan oleh Hammurabi pada
masa Neo-Babylonian setelah kehancuran imperium Assyrian. Babylon
menjadi salah satu kota terpenting pada zaman Timur Tengah kuno ketika
Hammurabi (1792-1750 BC), menjadikannya ibukota kerajaan Babylonia.
Literature bangsa Babylonia dibangun dengan sangat bagus dan rekaman
cuneiform yang berhasil ditemukan menunjukkan, agama, sejarah, dan ilmu
pengetahuan saat itu sangat berkembang.
Obat-obatan, kimia, alchemy, botany, matematika, dan astronomi juga
dipraktekkan. Agama dan tulisan kuno yang berbentuk cuneiform ini
berasal dari kebudayaan Sumer yang lebih tua. Mereka juga mengembangkan
bentuk abstrak dari tulisan berdasarkan symbol cuneiform (berbentuk
baji). Tulisan ini ditulis di tanah lempung yang basah dan dibakar
dibawah terik matahari.
“Dongeng tentang penciptaan” bangsa babylonia ditulis dalam tujuh
lembaran tanah liat dan ditampilkan serta dibacakan pada festival tahun
baru di Babylon. Lembaran-lembaran ini mengisahkan tentang kesuksesan
Tuhan Kota Babylon, Marduk, dan bagaimana Marduk bisa menjadi Tuhan
tertinggi, Raja semua Tuhan yang ada di surga dan bumi.
Tower of Babel
Bangsa Babylonia mempunyai system angka yang lebih maju dari yang kita
miliki sekarang, dengan system posisi dengan dasarnya 60. Mereka juga
membuat tabel untuk membantu dalam proses perhitungan. Mereka membagi
hari sama seperti yang sekarang kita lakukan, 24 jam dengan 60 menit,
untuk setiap jam dan setiap menit 60.
Adat kebiasaan bangsa Babylonia ini ikut mempengaruhi bangsa Assyria dan
turut memberikan kontribusi terhadap sejarah Timur Tengah dan Eropa
Barat dikemudian hari.
Babylonia mengalami kemerosotan dan jatuh kedalam anarki sekitar 1180
BC, tetapi kemudian tumbuh berkembang kembali sebagai Negara bagian dari
imperium Assyria setelah abad ke 9 BC.
Babylon akhirnya dihancurkan pada 689 BC, oleh bangsa Assyria dibawah kepemimpinanSennaCherib, tetapi kembali dibangun lagi. Nabopolassar mendirikan
apa yang sekarang dikenal sebagai Chaldean atau Imperium baru Babylonia
pada 625 BC, dan akhirnya mencapai masa keemasannya dibawah
pemerintahan anaknya Nebuchadnezzar (604-562 BC).
Kejayaan serta kemegahan Babylon menjadi terkenal dan melegenda sejak
naik tahtanya Nebuchadnezzar, yang dipercayai sebagai pendiri Taman
Bergantung Babylonia.
Persembahan Rasa Cinta
Layaknya Taj Mahal di India, yang dibangun oleh Shah Jahan untuk
permaisuri terkasihnya Mumtaz Mahal, taman bergantung Babylonia pun
merupakan sebuah persembahan cinta.
Taman ini dibangun Nebukadnezar II yang memerintah dari
tahun 605-562 SM, diperuntukkan bagi Amytis, permaisuri tercintanya yang
berasal dari kerajaan Media. Kerajaan Media berlokasi di pegunungan
Persia (Iran).
Amytis besar diantara hijaunya pegunungan, serta sejuknya semilir angin.
Kondisi kerajaannya berbanding terbalik dengan Babylonia. Babylonia
merupakan wilayah datar, kering, dan panas. Hal ini membuat Amytis
selalu terkenang akan hijaunya hutan Media. Ia rindu kembali ke kampung
halamannya.
Untuk mengobati kerinduan istrinya Raja Nebukadnezar memerintahkan,
untuk membangun sebuah taman rindang di dataran tinggi. Taman itu
dibangun di timur sungai Eufrat (Euphrates), sekitar 50 km selatan
Baghdad, Iraq.
Menurut sejarawan Yunani Diodorus Siculus, lebar taman ini
400 kaki, panjangnya 400 kaki dan tingginya sekitar 80 kaki. Taman ini
berdiri di atas ‘alas’ yang terbuat dari batu bata yang ditutup aspal
dan keramik. Berfungsi untuk mencegah masuknya rembesan air ke tanah
yang berkemungkinan besar akan mengkorosi fondasi taman.
Sejarawan lainnya, Herodotus mengungkapkan, bahwa taman
ini terletak di dalam dinding istana yang berlapis emas yang panjangnya
mencapai 56 mil. Jalan taman ini sangat lebar hingga memungkinkan bagi
kereta yang ditarik empat ekor kuda untuk berputar balik.
Disini juga berdiri kuil-kuil pemujaan yang berisi patung dewa dari
emas. Taman ini dibuat bertingkat, lebih tinggi dari bangunan lain di
kota Babylon, menimbulkan ilusi ‘tergantung di udara’. Kesan ini makin
jelas bila taman dilihat dari balik rumah-rumah penduduk. Semua tanaman
akan terlihat menggantung di atas atap perumahan. Inilah sebabnya kenapa taman itu dinamakan taman bergantung.
Disebutkan juga, bahwa taman itu dibangun oleh Nebuchadnezzar untuk
menghibur istrinya atau selirnya yang sangat gemar berada didaerah yang
dikelilingi oleh pegunungan. Semenjak itulah taman bergantung, satu dari
tujuh keajaiban dunia diperkirakan ada.
Sumber : http://laurentiushuro.blogspot.com
BY NATASHA RIZQIA, SALWA PUTRI,& MIRADHA AINA.