TERUSAN SUEZ
Sekitar 4.000 tahun yang lalu, seorang Firaun Mesir
memerintahkan penggalian terusan yang menghubungkan Sungai Nil dengan Laut
Merah. Beratus ratus tahun berikutnya, terusan ini yang berkali-kali tidak
dipakai, dibangun kembali dan arahnya diubah berkali-kali. Akhirnya, terusan
ini gagal diperbaiki sehingga ditinggalkan selama abad ke-8.
Setelah itu, penjelajah lautan yang berlayar dari Eropa ke
Asia harus berlayar melalui jalur yang jauh, berbahaya, dan tak berpeta mengelilingi
benua Afrika. Namun, minat terhadap terusan untuk menyingkat jarak dari Asia ke
Eropa tidak pernah berhenti. Pada tahun 1854, Ferdinand de Lesseps, seorang
diplomat dan insinyur Prancis, diberi izin oleh Said Pasha, seorang raja muda
Mesir, untuk membentuk suatu perusahaan yang akan mengelola operasi dan
pembangunan terusan yang akan di bangun melalui Tanah Genting Suez. De Lesseps
lalu mendirikan Perusahaan Terusan Suez, dengan menjual saham-sahamnya untuk
membiayai jalur air ini.
Pembangunan terusan ini dimulau pada tanggal 25 April 1859. Setelah
10 tahun masa-masa sulit, De Lesseps menyelesaikan jalur air ini dan resmi
dibuka pada tanggal 17 November 1869.
Terusan Suez yang panjangnya hampir 172 km ini membentang
melintasi Tanah Genting Suez dan memisahkan benua Asia serta Afrika. Terusan ini
bermula di Port Said di Laut Tengah melewati Danau Timsah, Danau Pahit Besar,
Danau Pahit Kecil, dan berakhirnya di Teluk Suez. Berbagai perbaikan telah dibuat
sejak penyelesaiannya hingga kini lebar Terusan Suez adalah 150 m dengan
kedalaman maksimum 14 m.
Menurut perjanjian internasional. Konvensi Konstantinopel
tahun 1888, terusan ini terbuka bagi perkapalan semua bangsa pada setiap saat. Di
bawah pasal konvensi ini, Mesir diizinkan untuk menutupnya dengan alasan demi
pertahanan nasionalnya selama perang.
Menyusul konflik Arab-Israel (1948-1949) pertama, pemerintah
Mesir menolak kapal yang berlayar menuju dan dari israel melewati terusan ini
dengan alasan kedua negara itu sedang terlibat perang.
Pada tahun 1956, Pemerintah Mesir di bawah presiden Gamal
Abdel Nasser menasionalisasi Perusahaan Terusan Suez, yaitu badan pengelola
terusan ini. Semua pemegang saham Terusan Suez diberi ganti rugi oleh
pemerintah Mesir.
Perang lalu pecah lagi antara Mesir dan Israel. Prancis dan
Inggris menyatakan bahwa tindakan militer ini merupakan ancaman terhadap
keamanan terusan ini. Kedua negara ini lalu mendaratkan pasukannya di Mesir dan
menduduki Port Said sampai gencatan senjata diumumkan segera telah itu. Selama perang
tahun 1956, banyak kapal tenggelam di terusan, sehingga terusan ini tidak dapat
digunakan lagi. Operasi penyelamatan dilakukan setelah perang dan terusan ini
lalu dibuka kembali pada bulan Maret 1957. Namun, larangan terhadap kapal
Israel masih berlaku. Terusan Suez merupakan arena konflik berikutnya antara
Mesir dan Israel pada tahun 1967 dan 1973. Setelah perang 1967, Terusan Suez
ditutup karena banyak kapal yang tenggelam sehingga menyumbat jalur terusan dan
juga karena Israel menduduki sisi timur Terusan Suez. Setelah berakhirnya
perang 1973, berbagai upaya dilakukan untuk membersihkan terusan ini sehingga
dapat dibuka kembali lagi lalu lintas kapal pada tahun 1975.
Sumber : Sejarah Dunia
By : Natasha RD
0 komentar:
Posting Komentar